Kabupaten Boyolali adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat administrasi berada di Boyolali, terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Solo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan di utara; Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta (Solo) di timur; Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan; serta Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang di barat. Kabupaten ini termasuk kawasan Solo Raya. Kabupaten Boyolali membentang barat-timur sepanjang 48 km, dan
utara-selatan 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan
dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal.
Jika anda berkunjung ke Boyolali pasti anda banyak menjumpai motto kabupaten ini tertulis di gapura-gapura. Motto Kabupaten Boyolali adalah "TERSENYUM" yang artinya (Tertib, Elok, Rapi, Sehat, Nyaman untuk Masyarakat). Dan berikut Logo Kabupaten Boyolali.
Sejarah singkat Kabupaten Boyolali
Asal mula nama BOYOLALI menurut cerita serat Babad Pengging Serat
Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan
Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal.
Menurut legenda nama BOYOLALI berhubungan dengan ceritera Ki Ageng
Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng Pandan
Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh
Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh
Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung
Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam.
Dalam
perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui
rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh
meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara
beliau dirampok oleh tiga orang yang mengira beliau membawa harta benda
ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan
nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat
yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah
sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan
di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan
Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki
Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai.
Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYA WIS LALI WONG IKI” yang dalam
bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.Dari kata Baya Wis
Lali maka jadilah nama BOYOLALI. Batu besar yang berada di Kali Pepe
yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng
Pandan Arang.
Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini. Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.
Pemerintahan
Kabupaten Boyolali terdiri atas 19 kecamatan, yang dibagi lagi atas 260 desa dan 7 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di kecamatan Boyolali. Kabupaten Boyolali dipimpin oleh seorang Bupati. Sedangkan Bupati Boyolali saat ini adalah Drs. Seno Samudro. Berikut adalah kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali.
Ampel • Andong • Banyudono • Boyolali • Cepogo • Juwangi • Karanggede • Kemusu • Klego • Mojosongo • Musuk • Ngemplak • Nogosari • Sambi • Sawit • Selo • Simo • Teras • Wonosegoro
Di samping Boyolali, kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Ampel, Banyudono, Sawit, Mojosongo, Simo, Karanggede, Andong, Musuk, Cepogo, dan Selo. Kawasan Ngemplak yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta, kini telah dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan Solo Raya ke arah barat.
Pariwisata
Boyolali terletak di kaki sebelah timur Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang memiliki pemandangan sangat indah dan mempesona, sayuran hijau yang luas dan berbukit-bukit serta aktivitas Gunung Merapi yang terlihat dengan jelas aliran lahar dan asapnya. Jalur Solo-Boyolali-Cepogo-Selo-Borobudur
(SSB) yang melintasi kedua gunung tersebut dipromosikan menjadi jalur
wisata menarik yang menjadi pilihan bagi wisatawan baik domestik maupun
negara asing dari kota budaya Surakarta menuju Candi Borobudur untuk
melintasi Kabupaten Boyolali. Kecamatan Selo dikenal sebagai daerah peristirahatan sementara bagi para pendaki Gunung Merapi dan Merbabu yang mempunyai tempat penjualan cenderamata yang representatif. Kecamatan Cepogo dan Selo merupakan sentra penghasil sayuran hijau yang segar dan murah serta pusat kerajinan tembaga di Boyolali.
Selain panorama Gunung Merapi dan Merbabu, kabupaten Boyolali
juga memiliki tempat wisata berupa mata air alami yang mengalir secara
terus menerus dan sangat jernih yang dikelola dengan baik menjadi tempat
wisata air, kolam renang, kolam pancing dan restoran seperti di Tlatar (sekitar 7 km arah utara kota Boyolali) dan Pengging di Kecamatan Banyudono (sekitar 10 km arah timur kota Boyolali). Kedua tempat wisata air ini memiliki keunikan sendiri-sendiri. Kalau di Tlatar
memiliki keunggulan dimana lokasinya masih sangat luas dan memiliki
beberapa pilihan kolam renang berikut tempat mancing dan restoran
terapung, maka di Penging memiliki keunggulan dimana dulunya merupakan
tempat mandi keluarga Kasunanan Surakarta . Sehingga disekitar Pengging
ini masih dapat ditemukan bangunan-bangunan bersejarah yang unik milik
Kasunanan Surakarta. Juga terdapat makam salah seorang pujangga Keraton
Surakarta yaitu Raden Ngabehi Yosodipuro.
Demikian tadi sejarah singkat tentang Kabupaten Boyolali. Banyak budaya-budaya dan wisata yang tak kalah menakjubkan dari kabupaten di Solo Raya lainnya. Selain itu juga banyak terdapat wisata kuliner atau makanan khas dari Kabupaten ini.