Home » , » 5 Lokasi wisata paling populer di Solo

5 Lokasi wisata paling populer di Solo

Written By Ardy on Thursday, March 14, 2013 | 15:46

Kota Solo merupakan tempat bisnis yang sudah mulai maju saat ini. Terbukti banyak mall, hotel, dan residence yang banyak dibangun akhir-akhir ini. Banyaknya pembangunan fasilitas-fasilitas umum di kota Solo ini membuktikan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula. Selain tempat-tempat bisnis, Kota Solo juga menyediakan tempat-tempat wisata yang wajib dikunjungi saat berada di kota ini. Berikut adalah 5 Lokasi yang wajib anda datangi saat berkunjung ke kota Solo.

1. Kebun binatang Jurug
Taman Satwa Taru Jurug atau Kebun Binatang Jurug merupakan salah satu objek wisata di Kota Surakarta yang dibangun pada tahun 1878. Taman Jurug menawarkan lokasi yang indah untuk beristirahat, di dalamnya terdapat berbagai spesies hewan dan tumbuhan. Dengan konsep wisata alam, jalan-jalan di dalam taman dikelilingi pohon-pohon besar dan rindang. Di dalam lokasi taman, kita akan sering menjumpai kawanan monyet dan berbagai jenis spesies burung.

Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) berlokasi di timur kota Solo, terletak di sebelah timur Universitas Sebelas Maret Surakarta dan dekat perbatasan dengan Karanganyar. Taman wisata yang dahulu sempat menjadi primadona pariwisata di kota Solo ini, kini seakan kehilangan pamornya karena kurangnya pengelolaan selama bertahun-tahun. Jika anda menginginkan wisata alam dan melihat berbagai spesies hewan dan tumbuhan maka Kebun binatang Jurug ini jangan sampai anda lewatkan.

2. Museum Radya Pustaka
Kata Museum tentu saja berkaitan dengan sejarah dan peninggalan-peninggalan pada masa lalu. Jika anda tertarik dengan sejarah dan peninggalan Kota Surakarta, maka Museum Radya Pustaka ini jangan sampai anda lewatkan.

Museum ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV di dalem Kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890. Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih Pakubuwono IX dan Pakubuwono X. Museum ini lalu dipindahkan ke lokasinya sekarang ini, Gedung Museum Radyapustaka di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913. Kala itu gedung museum merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar.

Museum Radya Pustaka memiliki koleksi yang terdiri dari berbagai macam arca, pusaka adat, wayang kulit dan buku-buku kuno. Koleksi buku kuna yang banyak dicari itu di antaranya mengenai Wulang Reh karangan Pakubuwono IV yang isinya antara lain mengenai petunjuk pemerintahan dan Serat Rama karangan Pujangga Keraton Surakarta bernamaYasadipura I yang menceritakan tentang wiracarita Ramayana.
Selain Museum Radya Pustaka banyak Museum-museum lain yang jangan sampai anda lewatkan saat berkunjung di Kota Solo ini. Berikut museum-museum di Koto Solo yang wajib anda kunjungi :
  • Museum Keraton, MUSEUM SUAKA BUDAYA
  • Museum purbakala Sangiran
  • Museum Lukis Dullah
  • House of Danar Hadi (Museum Galeri Batik Kuno Danarhadi)
  • Museum Pers
  • Museum Pura Mangkunegaran
 3. Keraton Surakarta
Surakarta juga dikenal sebagai Kota kasunanan yang dipimpin oleh seorang Sultan atau Raja yang disebut Pakubuwono. Bangunan-bangunan keraton ini masih seperti aslinya, walaupun bangunan mewah berdiri disamping keraton ini. Demi menjaga sejarah keraton maka bangunan ini tetap dibiarkan sebagaimana aslinya. Berikut sejarah singkat tentang keraton Surakarta.

Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Solo. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang terbaik.

4. Pura Mangkunegaran
Salah satu tempat bersejarah lainnya selain keraton Surakarta tadi adalah Pura Mangkunegaran yang letaknya tidak jauh dari Keraton tadi. Bangunan Pura ini mirip dengan dengan Keraton, cuma bangunannya yang lebih kecil. Berikut sejarah singkat tentang Pura Mangkunegaran.

Pura ini dibangun setelah Perjanjian Salatiga yang mengawali pendirian Praja Mangkunegaran dan dua tahun setelah dilaksanakannya Perjanjian Giyanti yang isinya membagi pemerintahan Jawa menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta oleh VOC (Kompeni) pada tahun 1755. Kerajaan Surakarta terpisah setelah Pangeran Raden Mas Said terus memberontak pada VOC (Kompeni) dan atas dukungan sunan mendirikan kerajaan sendiri tahun 1757. Raden Mas Said memakai gelar Mangkunegoro I dan membangun wilayah kekuasaannya di sebelah barat tepian Sungai Pepe (Kali Pepe) di pusat kota yang sekarang bernama Solo.

Seperti bangunan utama di keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta, Puro Mangkunegaran mengalami beberapa perubahan selama puncak masa pemerintahan kolonial Belanda di Jawa Tengah. Perubahan ini tampak pada ciri dekorasi Eropa yang popular saat itu.

5. Pasar Gede Harjonagoro
Setelah terpuaskan jalan-jalan dari Kebun binatang, museum, dan keraton. Kini tidak ada salahnya jika anda berbelanja ke pasar tradisional Pasar Gede. Pasar Gede yang terletak di sebelah utara kota Surakarta atau di seberang balai kota Surakarta ini merupakan Pasar terbesar di Surakarta. Selain untuk tempat bertemunya penjual dan pembeli, pasar ini juga mempunyai sejarah, karena merupakan peninggalan dari pemerintah kolonial Belanda. Berikut sejarah singkat tentang pasar Gede.

Pada zaman kolonial Belanda, Pasar Gede mulanya merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor gubernur yang sekarang berubah fungsi menjadi Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Bangunan pasar selesai pembangunannya pada tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gedhé Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhé atau “pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang terpisahkan jalan yang sekarang disebut sebagai Jalan Sudirman. Masing-masing dari kedua bangunan ini terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana yang kemudian diberi nama Pasar Gedhé dalam bahasa Jawa.

Demikian tadi 5 tempat Paling Populer di Kota Solo yang wajib anda Kunjungi saat sedang berkunjung ataupun berwisata ke Kota Solo.
Share this article :
Comments
2 Comments

+ comments + 2 comments

March 23, 2013 at 2:58 PM

hmmm kalau saya mah ga sempet untuk berwisata ria...nicepost gan..

March 23, 2013 at 3:29 PM

@Ummu Ruqayahkenapa ga sempet mbak ummu? sibukah hehe..
terima kasih kunjungannya.

Post a Comment

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
 
Copyright © 2013. Informasi Seputar SOLORAYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Proudly powered by Blogger